Aspek psikologis merupakan salah
satu aspek penting dalam proses pembinaan atlet olahraga bola voli. Hal ini
didasarkan pada beberapa anggapan yang menyatakan bahwa faktor non-fisik akan
besar pengaruhnya terhadap prestasi atlet untuk dapat memenangkan pertandingan.
Aspek-aspek psikologis dalam olahraga secara garis besar
meliputi motivasi, kepribadian, kepercayadirian, kedisiplinan, stress,
kecemasan dan frustrasi. Aspek-aspek psikologis tersebut memberikan pengaruh
yang beragam terhadap penampilan atlet bahkan terhadap prestasi yang dapat
dicapai oleh atlet.
Motivasi berperan dalam menumbuhkan kemauan dalam diri
atlet yang didukung oleh lingkungan untuk mencapai target yang ditetapkan.
Adanya motivasi untuk bertanding dan bermain sebaik mungkin merupakan awal yang
baik, apalagi didukung oleh lingkungan yang memberikan kepercayaan dan
kesempatan kepada atlet untuk menunjukkan kemampuannya secara maksimal. Hal ini
sebagaimana dijelaskan oleh Cofer dan Appley (1968:8) bahwa, “Motivation as the
process of arousing action, sustaining the activity in progress, and regulating
the pattern of activity.” Penjelasan tersebut mengandung makna bahwa motivasi
merupakan proses mengatur pola aktivitas. Pengertian mengatur pola aktivitas
manusia dapat juga berarti mendorong seseorang untuk bertindak atau tidak
bertindak. Oleh karena itu dengan kemauan yang keras (motivasi yang tinggi)
maka seorang atlet akan berupaya semaksimal mungkin untuk dapat mencapai
tujuan.
Kepribadian merupakan sesuatu yang sulit untuk diamati,
karena wujudnya hanya tercermin dalam cita-cita, watak, sikap, sifat-sifat dan
perbuatannya. Oleh karena itu untuk memahami kepribadian seorang atlet dapat
dilakukan diantaranya dengan mengamati sifat-sifat dan sikapnya.
Setyobroto (1989:36) menyatakan,
“Sifat-sifat kepribadian bukanlah hal yang bersifat tetap, tetapi dapat berubah
dan dapat dipengaruhi.” Magnusson dan Endler (Setyobroto, 1989:37) menyatakan,
“Faktor-faktor kognitif merupakan determinan penting dari tingkah laku, meskipun
faktor-faktor emosional juga tidak boleh diabaikan.” Selanjutnya Morgan
(Setyobroto, 1989:37) menyatakan, “Dalam proses interaksi maka untuk memahami
kepribadian seseorang harus diutamakan mengetahui persepsinya dan hal-hal yang
berhubungan dengan kognisinya.” Berdasarkan beberapa penjelasan tersebut maka
dapat disimpulkan bahwa tingkah laku seseorang dipengaruhi oleh kepribadiannya,
sedangkan kepribadian itu sendiri dominan dipengaruhi oleh kemampuan kognitif.
Mengenai pentingnya kepribadian dalam proses pembinaan atlet oleh Setyobroto
(1989:37) dijelaskan, “Penelitian tentang personality traits atau
sifat-sifat kepribadian dalam olahraga dilakukan untuk lebih memahami
kepribadian atlet, sehingga dapat memprediksi kemungkinan tingkah laku dan
penampilan atlet menghadapi situasi tertentu dalam pertandingan.” Hasil
penelitian Ogilvie (Setyobroto, 1989:36) melaporkan bahwa kepribadian para
atlet berubah setelah mengikuti program pembinaan, yaitu: “1) Self-controlnya
lebih baik, sehingga lebih dapat menguasai diri, 2) Kemampuan menolak kecemasan
lebih tinggi, 3) Tampak lebih gembira dan bahagia dalam menghadapi suatu
keadaan.”
Percaya
diri merupakan modal utama seorang atlet untuk dapat maju, karena pencapaian
prestasi yang tinggi dan pemecahan rekor atlet itu sendiri harus dimulai dengan
percaya bahwa ia dapat dan sanggup melampaui prestasi yang pernah dicapainya.
Eksistensi
diri merupakan wujud pembuktian seseorang untuk mendapat pengakuan dari
lingkungan tentang keberadaan dan kontribusinya terhadap lingkungan. Pengakuan
dari lingkungan merupakan hal penting, karena menyangkut partisipasi dan
penghargaan yang akan diterima. Dalam dunia olahraga pengakuan lingkungan
terhadap eksistensi seorang atlet sangat dibutuhkan karena lingkungan dapat
berpengaruh positif dan negatif terhadap kondisi dan keberadaan atlet.
No comments:
Post a Comment