Wednesday, December 28, 2011

Sarana dan Prasarana Belajar

Sarana menurut Ametembun (1993:72) adalah “Alat pelajaran yang ‘movable’ yaitu alat yang dapat dipindah-pindahkan seperti kursi, meja dan lain-lainnya.” Sedangkan Soepartono (2000:6) menjelaskan, “Istilah sarana adalah terjemahan dari ‘facilities’, yaitu sesuatu yang dapat digunakan dan dimanfaatkan dalam pelaksanaan kegiatan.” Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sarana belajar adalah seluruh alat dan perlengkapan pelajaran yang dapat dipindah-pindahkan, seperti meja, kursi, buku dan lain-lain.
Prasarana menurut Ametembun (1993:72) adalah “Alat pelajaran yang ‘permanent’ atau unmovable yaitu alat pelajaran yang bersifat menetap, seperti gedung dan kelas.” Kemudian Soepartono (2000:5) menjelaskan, “Dalam belajar prasarana didefinisikan sebagai sesuatu yang mempermudah atau memperlancar tugas dan memiliki sifat yang relatif permanen. Salah satu sifat tersebut adalah susah dipindahkan.” Jadi Prasarana adalah seluruh alat dan perlengkapan belajar yang bersifat permanen dan tidak dapat dipindah-pindahkan, seperti lapangan dan gedung.
Sarana dan prasarana belajar lazim dikenal dengan istilah fasilitas belajar, yaitu segala sesuatu yang meliputi sarana, prasarana dan perlengkapan belajar lainnya. Soepartono (2000:6) menyatakan, “Fasilitas belajar adalah semua prasarana belajar yang meliputi semua lapangan dan bangunan beserta perlengkapannya untuk melaksanakan program belajar mengajar.” Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa fasilitas belajar adalah sarana dan prasarana belajar yang digunakan dalam pelaksanaan program-program pembelajaran di sekolah.
Berkaitan dengan sarana dan prasarana belajar bagi pelaksanaan pembelajaran di sekolah, maka perlu dilakukan pengelolaan terhadap sarana dan prasarana tersebut. Istilah yang dikenal untuk pengelolaan sarana dan prasarana adalah manajemen fasilitas.
Manajemen fasilitas bukan hanya mencakup penjadwalan dan pemeliharaan yang efektif atas fasilitas-fasilitas, melainkan kadang-kadang juga mencakup perencanaan fasilitas baru yang sesuai dengan tuntutan untuk berpartisipasi dalam program-program pendidikan.
Manajemen fasilitas merupakan tanggung jawab dari orang-orang yang bertugas dalam program-program belajar di sekolah. Fasilitas-fasilitas yang menjadi tanggung jawab mereka meliputi fasilitas luar ruangan seperti lapangan. Sedangkan fasilitas dalam ruangan seperti kelas, aula, mesjid, laboratorium, kamar mandi, ruang UKS, OSIS dan lain sebagainya .
Ada dua prinsip yang berkaitan dengan manajemen fasilitas terutama dalam upaya penambahan dan perbaikan fasilitas, yaitu 1) fasilitas-fasilitas dibangun sebagai akibat dari kebutuhan program, dan 2) perencanaan secara bekerja sama untuk mencegah kesalahan-kesalahan umum.
Mengenai pedoman dan prinsip-prinsip dalam manajemen fasilitas dijelaskan oleh Flynn (1985:247) sebagai berikut:
                                   
a.       Facilities should be planned primarily for the participants and user groups
b.       All planning should be based on goals that recognize that the total physical and nonphysical environments must be safe, secure, attractive, comfortable, clean, practical, and adapted to the needs of the individual
c.       Facilities must be economical to operate and maintain
d.       The planning should include a consideration of the total physical education and sport facilities of the community. The programs and facilities of these common areas are closely allied, and planning should be coordinated and cooperative, based on the needs of the community.
e.       Facilities should be geared to health and safety codes and standards, which are important in protecting the health, welfare, and safety of user groups
f.         Facilities should be planned so that they are easily accessible and secure for all individuals, including those with disabilities
g.       Facilities play a part in a healthful environment. The extent to which organizations provide ample play area space,sanitary considerations, and proper ventilation, heating, and cleanliness will to some extent determine how effectively health is promoted.


Penjelasan di atas dapat diartikan sebagai berikut:
a.       Fasilitas-fasilitas harus direncanakan terutama untuk kelompok-kelompok partisipan dan pengguna
b.      Seluruh perencanaan harus didasarkan pada tujuan-tujuan yang mengakui bahwa seluruh lingkungan fisik dan nonfisik harus aman, terjamin, menarik, nyaman, bersih, praktis, dan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan individual
c.       Fasilitas-fasilitas harus ekonomis untuk dioperasikan dan dipelihara
d.      Perencanaan harus mencakup pertimbangan mengenai pendidikan jasmani dan fasilitas-fasilitas olahraga untuk masyarakat. Program-program dan fasilitas-fasilitas dari bidang-bidang umum ini harus disesuaikan dengan baik, dan perencanaan harus dikoordinasikan dan harus bersifat bekerja sama (cooperative), dan didasarkan pada kebutuhan-kebutuhan masyarakat
e.       Fasilitas-fasilitas harus memenuhi kode dan standar kesehatan dan keselamatan yang sangat penting dalam perlindungan kesehatan, kesejahteraan dan keselamatan dari para kelompok user
f.       Fasilitas-fasilitas memainkan salah satu bagian penting dalam lingkungan yang sehat. Sampai sejauh mana organisasi-organisasi menyediakan ruang daerah bermain yang melimpah, pertimbangan sanitary dan ventilasi, pemanasan dan kebersihan yang memadai hanya sampai sejauh itulah organisasi tersebut mempromosikan kesehatan.
Dalam rangka memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana belajar di sekolah dapat dilakukan melalui penyediaan dan modifikasi fasilitas. Penyediaan fasilitas dilakukan apabila kondisi finansial mendukung, sehingga dapat diterapkan standarisasi fasilitas belajar di sekolah. Namun apabila kondisi finansial kurang mendukung dapat dilakukan penyesuaian melalui modifikasi-modifikasi fasilitas. Hal ini sebagaimana dinyatakan oleh Flynn (1985:248) sebagai berikut:

Standars may be used as guides and as a starting point; however, it is important to keep in mind that standars cannot always be implemented entirely as envisaged. They usually have to be modified in light of community needs, environmental conditions, and scarce inputs, including fiscal constraints.

Maksud penjelasan di atas adalah standar-standar dapat dipergunakan sebagai pedoman dan juga sebagai titik awal; namun demikian, perlu diingat bahwa standar tidak selalu dapat diterapkan secara keseluruhan dalam keadaan apa adanya. Kadang-kadang standar tersebut harus diubah (dimodifikasi) agar sesuai dengan kebutuhan  masyarakat, kondisi lingkungan, dan input yang jarang, termasuk keterbatasan-keterbatasan dalam segi finansial.
Beberapa pertimbangan kesehatan dalam perencanaan fasilitas perlu dilakukan agar proses dan kegiatan belajar mengajar menjadi lancar sehingga dapat mencapai tujuan secara optimal. Flynn (1985:250) mengemukakan sebagai berikut:

Another set of principles basic to facility planning concerns the optimal promotion of a healthful environment for not only the participants but also the community. Included in this set of principles is the provision for facilities that consider the physiological needs of the participant, including proper temperature and humidity control, lighting, water supply, and acoustic (noise) level. A second principle is to provide safe facilities. The facilities should be planned so that the danger of fire, the possibility of mechanical accidents, and the hazards involved in traffic would be eliminated or kept to a minimum. A third principle is concerned with protection against disease. This means attention to items such as proper sewage disposal, sanitation procedures, and water supply. A fourth principle is the need to provide a healthful psychosocial environment. This has implications for space, location of activities, color schemes, and elimination of distractions through such means as soundproof construction materials.


Maksud penjelasan di atas adalah prinsip-prinsip dasar lainnya yang berkaitan dengan perencanaan fasilitas adalah berkenaan dengan mempromosikan lingkungan yang sehat bukan hanya bagi partisipan, melainkan juga bagi masyarakat secara keseluruhan. Dalam prinsip-prinsip ini tercakup ketentuan agar fasilitas-fasilitas mempertimbangkan kebutuhan fisiologis dari para partisipan, termasuk kontrol temperatur dan kelembaban, penerangan (lampu-lampu), supply air dan tingkat akustik (noise) yang sesuai. Prinsip kedua adalah menyediakan fasilitas-fasilitas yang aman. Fasilitas-fasilitas harus direncanakan agar bahaya kebakaran, kemungkinan kecelakaan mekanis, dan bahaya yang tercakup dalam lalu lintas dihilangkan atau diminimumkan. Prinsip yang ketiga berkaitan dengan perlindungan terhadap penyakit. Artinya memberikan perhatian terhadap hal-hal seperti pembuangan limbah, prosedur sanitasi, dan supply air. Prinsip yang keempat adalah perlunya menyediakan lingkungan psikologis yang sehat. Hal ini memiliki implikasi terhadap ruangan, lokasi aktivitas-aktivitas, skema warna, dan menghilangkan distraction (kebingungan) dengan mempergunakan sarana seperti penggunaan bahan bangunan yang kedap suara.

Manajemen Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia merupakan salah satu sumber daya yang paling penting dalam kerangka konsep pengembangan dan pembinaan. Sumber daya manusia selain berperan sebagai subjek juga dapat berperan sebagai objek pengembangan dan pembinaan.
Manajemen sumber daya manusia adalah suatu strategi dalam menerapkan fungsi-fungsi manajemen yaitu planning, organizing, leading, dan controlling dalam setiap aktivitas / fungsi operasional SDM mulai dari proses penarikan, seleksi pelatihan dan pengembangan, penempatan yang meliputi promosi dan transfer, penilaian kinerja, pemberian kompensasi, hubungan industrial, hingga pemutusan hubungan kerja yang ditunjukkan bagi peningkatan kontribusi produktif dari SDM organisasi terhadap pencapaian tujuan organisasi secara lebih efektif dan efesien (Sofyandi, 2008:6).
Dalam melaksanakan pembinaan SDM diperlukan langkah-langkah yang harus ditempuh. Siagian (2006:186) menjelaskan sebagai berikut:

Para pakar pelatihan dan pengembangan pada umumnya sudah sependapat bahwa langkah-langkah pelatihan dan pengembangan meliputi:
1.      Penentuan kebutuhan
2.      Penentuan sasaran
3.      Penetapan isi program
4.      Identifikasi prinsip-prinsip belajar
5.      Pelaksanaan program
6.      Identifikasi manfaat
7.      Penilaian pelaksanaan program

Penentuan kebutuhan merupakan langkah pertama yang perlu dilakukan dalam rangka mengetahui berbagai tuntutan dan kebutuhan di lapangan berkaitan dengan proses pembinaan itu sendiri. Jika pengadaan sarana dan fasilitas belajar merupakan salah satu kebutuhan yang paling penting, maka pemenuhannya pun perlu diprioritaskan. Jadi penentuan kebutuhan ini dilakukan dengan meminta masukan dan informasi kepada tiap unit atau anggota tentang apa saja yang sangat diperlukan bagi kelancaran program pembinaan dan apa saja yang sering menjadi penghambat atau kendala pelaksanaan program.
Penentuan sasaran berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai. Tiap kegiatan pasti memiliki tujuan. Tujuan ditetapkan dengan mempertimbangkan berbagai hal, antara lain faktor kelebihan, kelemahan, peluang dan hambatan. Tujuan atau sasaran sebaiknya ditetapkan secara rasional disesuaikan dengan kemampuan yang dimiliki. Jika tujuan ditetapkan terlalu tinggi, maka ada kemungkinan mengalami kegagalan, sedangkan jika tujuan ditetapkan lebih rendah dari kemampuan maka sebaliknya tidak akan pernah tercapai prestasi yang maksimal.
Penetapan isi program merupakan salah satu bagian penting dalam pembinaan sumber daya manusia, karena program-program yang diberikan harus bersifat manusiawi dan dapat meningkatkan kualitas manusia itu sendiri. Dalam hal ini isi program merupakan materi-materi yang bersifat teoretis dan praktis serta didasarkan pada kebutuhan dan sasaran yang hendak dicapai. Jika kebutuhannya adalah peningkatan pemahaman pengelolaan kelas maka isi materi pengembangan dan pembinaannya adalah teori dan praktek pengelolaan kelas.
Identifikasi prinsip-prinsip belajar dilaksanakan dalam rangka efektivitas dan efesiensi program pembinaan. Beberapa prinsip belajar yang menjadi pertimbangan adalah partisipasi, repetisi, relevansi, pengalihan, dan umpan balik. Dalam hal ini proses pembinaan menyebabkan adanya partisipasi aktif, adanya pengulangan, adanya kesesuaian dengan kebutuhan di lapangan, adanya proses pengalihan dari teori ke praktek atau adanya proses simulasi menuju kondisi nyata di lapangan, dan proses pembinaan menghasilkan umpan balik melalui tes dan pengukuran tertentu.
Penyelenggaraan program pembinaan atau pelatihan bersifat situasional. Oleh karenanya pelaksanaan program disesuaikan dengan kebutuhan. Program dilaksanakan dengan menggunakan berbagai metode. Penggunaan metode disesuaikan dengan materi, waktu yang tersedia dan peserta.
Pelaksanaan suatu program pelatihan dan pembinaan dapat dikatakan berhasil apabila dalam diri para peserta pelatihan dan pengembangan tersebut terjadi suatu proses transformasi. Proses transformasi tersebut dapat dinyatakan berlangsung dengan baik apabila terjadi paling sedikit dua hal, yaitu: a) Peningkatan kemampuan dalam melaksanakan tugas, b) Perubahan perilaku yang tercermin pada sikap, disiplin dan etos kerja. (Siagian, 2006:202). Untuk mengetahui terjadi tidaknya perubahan tersebut dilakukan penailaian. Penilaian ditujukan bukan saja pada hal-hal teknis juga pada keperilakuan.
Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah pelatihan dan pengembangan sumber daya organisasi untuk meningkatkan produktivitas dan pencapaian tujuan organisasi meliputi penentuan kebutuhan, penentuan sasaran, penetapan isi program, identifikasi prinsip-prinsip belajar, pelaksanaan program, identifikasi manfaat dan penilaian pelaksanaan program.
Manajemen sumber daya manusia merupakan aktivitas atau kegiatan yang dilaksanakan agar sumber daya manusia di dalam organisasi dapat digunakan secara efektif untuk mencapai berbagai tujuan. Ide pencapaian berbagai tujuan (objectives) merupakan hal utama dari setiap bentuk manajemen.
Terdapat enam model yang dapat digunakan untuk menyusun berbagai aktivitas manajemen sumber daya manusia. Tujuan manajemen sumber daya manusia dan tipe aktivitas yang ditekankan dalam setiap model tersebut memberikan berbagai kemungkinan arah manajemen sumber daya manusia di masa mendatang. (Simamora, 1995:8).
1.      Model Klerikal
Dalam model ini, fungsi departemen SDM yang utama adalah memperoleh dan memelihara laporan, data, catatan-catatan dan melaksanakan tugas-tugas rutin. Peran departemen SDM cenderung pasif dan lemah dalam model ini. Apabila ada permasalahan SDM yang kompleks dan mendesak, maka masalah tersebut akan diserahkan kepada manajer senior dan bawahan mereka atau bahkan diabaikan.
Prospek perkembangan: menilik awal perkembangannya, banyak departemen SDM yang bermula dari model ini dan departemen SDM di perusahaan kecil biasanya masih beroperasi dengan cara seperti ini. Implikasi model ini terhadap SDM adalah bahwa model ini tidak mendorong adanya peran departemen SDM dalam proses perencanaan strategik.

2.      Model Legal
Dalam model ini, operasi SDM memperoleh kekuatannya dari keahlian di bidang hukum. Aspek hukum memiliki sejarah panjang yang berawal dari hubungan perburuhan (labor relations) dimana negosiasi kontrak, pengawasan, dan kepatuhan merupakan fungsi pokok disebabkan adanya hubungan yang sering bertentangan antara manajer dan karyawan.
Prospek perkembagan: di masa-masa mendatang, model ini kemungkinan akan menjadi kurang penting. Implikasi model ini terhadap departemen SDM adalah bahwa model ini menempatkan departemen SDM sebagai penilai aktif terhadap strategi, terutama yang bertalian dengan implikasi hukum atas strategi tersebut. Model ini mendorong departemen SDM agar lebih aktif memperhatikan masalah hukum dan aspek etis kultur organisasi.

3.      Model Finansial
Aspek finansial manajemen SDM belakangan ini semakin berkembang karena para manajer semakin menjadi sadar akan pengaruh yang besar dari biaya SDM terhadap perusahaan. Biaya-biaya SDM ini meliputi biaya kompensasi tidak langsung seperti: biaya asuransi kesehatan, asuransi jiwa dan pensiun.
Prospek perkembangan: model ini kemungkinan akan semakin penting karena intensitas persaingan internasional menuntut adanya peningkatan produktivitas. Baik biaya maupun efektivitas SDM haruslah dikelola dengan baik.

4.      Model Manajerial
Model manajerial ini memiliki dua versi. Versi pertama, manajer  SDM memahami kerangka acuan (framework) kerja manajer lini yang berorientasi pada produktivitas. Manajer sumber daya manusia bekerja pada lini bawah organisasi. Mereka berbagi tujuan, nilai, dan pandangan dengan manajer lini dan membuat keputusan yang bersesuaian. Versi kedua, manajer lini melaksanakan beberapa fungsi SDM. Departemen SDM melatih manajer lini dalam keahlian yang diperlukan untuk menangani fungsi-fungsi kunci SDM seperti pengangkatan, evaluasi kerja dan pengembangan. Sebaiknya kedua model manajerial ini dikombinasikan sehingga bermanfaat, baik itu nilai dari segi orientasi-laba dan efesiensi maupun dari segi nilai pengembangan keahlian dasar SDM.
Prospek perkembangan: model manajerial kemungkinan akan meningkat peranannya. Bukti yang semakin banyak menunjukkan bahwa fungsi SDM tidak akan dapat dilaksanakan secara efektif dengan cara mengisolasi departemen SDM dari organisasi. Model manajerial ini menyertakan departemen SDM dalam pembuatan keputusan strategik secara dominan.

5.      Model Humanistik
Ide sentral dalam model ini adalah bahwa departemen SDM dibentuk untuk mengembangkan dan membantu perkembangan nilai dan potensi SDM di dalam organisasi. Model ini menunjukkan beberapa aktivitas departemen SDM, mulai dari pelatihan kepekaan sampai pada bimbingan karir.
Prosepek perkembangan: peran model humanistik akan meningkat sebagai respons terhadap banyaknya tekanan. Pertama: beberapa organisasi telah menentukan bahwa pengembangan manajer merupakan suatu kebutuhan. Kedua: model ini tanggap terhadap pengharapan tinggi dari orang muda menyangkut kualitas kehidupan kerja. Model humanistik memberikan departemen SDM tanggung jawab untuk menciptakan kultur yang positif yang menghasilkan pertumbuhan dan kepuasan karyawan.

6.      Model Ilmu Perilaku
Model ini menganggap bahwa ilmu perilaku seperti psikologis dan perilaku organisasi merupakan dasar aktivitas SDM. Prinsipnya adalah bahwa sebuah pendekatan sains terhadap perilaku manusia dapat diterapkan pada hampir semua permasalahan sumber daya manusia.
Prospek perkembangan: model ini dapat menjadi model manajemen sumber daya yang dominan jika terdapat perubahan dalam pemilik beberapa fungsi tradisional SDM, seperti pengangkatan, penilaian kerja, dan pengembangan yang sekarang ini dibagi antara manajer SDM dan manajer lini. Masalah potensial yang terdapat dalam model ini adalah bahwa spesialis SDM kemungkinan akan menjadi terisolasi dari bagian organisasi yang lain. Model ilmu perilaku ini memberikan departemen SDM peran dalam menyediakan data mengenai kekuatan dan kelemahan kelompok personalia.

Sunday, October 9, 2011

HAKIKAT LATIHAN (TRAINING)

1.      Pengertian Latihan
Seseorang yang melakukan suatu aktivitas secara teratur, terencana, berulang-ulang dengan kian hari semakin berat beban kerjanya sering dinyatakan bahwa orang tersebut sedang melakukan latihan. Hal ini didasarkan pada pengertian training yang dijelaskan oleh Harsono (1988:101) bahwa “Training adalah proses yang sistematis dari berlatih atau bekerja, yang dilakukan secara berulang-ulang dengan kian hari kian menambah jumlah beban latihan/pekerjaannya.” Kemudian Giriwijoyo (1992:78) menjelaskan sebagai berikut:

Latihan ialah upaya sadar yang dilakukan secara berkelanjutan dan sistematis untuk meningkatkan kemampuan fungsional raga yang sesuai dengan tuntutan penampilan cabang olahraga itu, untuk dapat menampilkan mutu tinggi cabang olahraga itu baik pada aspek kemampuan dasar (latihan fisik) maupun pada aspek kemampuan keterampilannya (latihan teknik).

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa latihan adalah suatu proses pemberdayaan diri melalui suatu aktivitas yang sistematis, berulang-ulang, dan kian hari kian menambah beban tugasnya. 

2.      Prinsip-prinsip Latihan
Salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam rangka meningkatkan kemampuan dan prestasi atlet adalah penerapan prinsip-prinsip latihan dalam pelaksanaan program latihan. Hal ini disebabkan prinsip-prinsip latihan merupakan faktor yang mendasar dan perlu diperhatikan dalam pelaksanaan suatu program latihan. Harsono (1991:83) menyatakan:

Agar prestasi dapat meningkat, latihan harus berpedoman pada teori dan prinsip latihan. Tanpa berpedoman pada teori dan prinsip latihan yang benar, latihan seringkali menjurus ke praktek mala-latih (mal-practice) dan latihan yang tidak sistematis-metodis sehingga peningkatan prestasi sukar dicapai.

Prinsip-prinsip latihan yang dimaksud adalah sebagai berikut:
a.      Prinsip pemanasan tubuh (warming-up principle)
Pemanasan tubuh penting dilakukan sebelum berlatih. Tujuan pemanasan ialah untuk mempersiapkan fungsi organ tubuh guna menghadapi kegiatan yang lebih berat dalam hal ini adalah penyesuaian terhadap latihan inti.

 b.     Prinsip beban lebih (overload principle)
Sistem faaliah dalam tubuh pada umumnya mampu untuk menyesuaikan diri dengan beban kerja dan tantangan-tantangan yang lebih berat. Selama beban kerja yang diterima masih berada dalam batas-batas kemampuan manusia untuk mengatasinya dan tidak terlalu berat sehingga menimbulkan kelelahan yang berlebihan, selama itu pulalah proses perkembangan fisik maupun mental manusia masih mungkin, tanpa merugikannya. Jadi beban latihan yang diberikan kepada atlet haruslah cukup berat dan cukup bengis namun realistis yaitu sesuai dengan kemampuan atlet, serta harus dilakukan berulang kali dengan intensitas yang tinggi. Harsono (2004:9) menyatakan, “Beban latihan yang diberikan kepada atlet haruslah secara periodik dan progresif ditingkatkan.”

c.       Prinsip sistematis (systematic principle)
Latihan yang benar adalah latihan yang dimulai dari kegiatan yang mudah sampai kegiatan yang sulit, atau dari beban yang ringan sampai beban yang berat. Hal ini berkaitan dengan kesiapan fungsi faaliah tubuh yang membutuhkan penyesuaian terhadap beratnya beban yang diberikan dalam latihan. Dengan berlatih secara sistematis dan dilakukan berulang-ulang yang konstan, maka organisasi-organisasi sistem persyarafan dan fisiologis akan menjadi bertambah baik, gerakan yang semula sukar akan menjadi gerakan yang otomatis dan reflektif.

d.      Prinsip intensitas (intensity principle)
Perubahan-perubahan fungsi fisiologis yang positif hanyalah mungkin apabila atlet dilatih melalui suatu program latihan yang intensif yang dilandaskan pada prinsip overload dimana secara progresif menambah beban kerja, jumlah pengulangan serta kadar intensitas dari pengulangan tersebut. Harsono (2004:11) menyatakan, “Intensitas yang kurang dari 60%-70% dari kemampuan maksimal atlet tidak akan terasa training effect-nya (dampak/manfaat latihannya).

e.      Prinsip pulih asal (recovery principle)
Harsono (2004:11) menyatakan, “Perkembangan atlet bergantung pada pemberian istirahat yang cukup seusai latihan agar regenerasi tubuh dan dampak latihan bisa dimaksimalkan.” Dalam hal ini atlet perlu mengembalikan kondisinya dari kelelahan akibat latihan melalui istirahat.

f.       Prinsip variasi latihan
Latihan dalam jangka waktu yang lama sering menimbulkan kejenuhan bagi atlet, apalagi program latihan yang dilaksanakan bersifat jangka panjang. Oleh karena itu, latihan harus dilaksanakan melalui berbagai macam variasi sehingga beban latihan akan terasa ringan dan menggembirakan. Apalagi variasi latihan yang diterapkan sesuai dengan kebutuhan. Harsono (2004:11) menyatakan, “Untuk mencegah kebosanan berlatih, pelatih harus kreatif dan pandai menerapkan variasi-variasi dalam latihan.”

g.      Prinsip perkembangan multilateral
Harsono (2004:11) menyatakan, “Prinsip ini menganjurkan agar anak usia dini jangan terlalu cepat dispesialisasikan pada satu cabang olahraga tertentu.” Dalam hal ini sebaiknya anak diberikan kebebasan untuk terlibat dalam berbagai aktivitas olahraga agar ia bisa mengembangkan dirinya secara multilateral baik dalam aspek fisik, mental maupun sosialnya.

h.      Prinsip individualisasi
Harsono (2004:9) menyatakan, “Agar latihan bisa menghasilkan yang terbaik, prinsip individualisasi harus senantiasa diterapkan dalam latihan.” Artinya beban latihan harus disesuaikan dengan kemampuan adaptasi, potensi, serta karakteristik spesifik dari atlet.

i.        Prinsip spesifik (specificity principle)
Prinsip ini mengisyaratkan bahwa latihan itu harus spesifik, yaitu benar-benar melatih apa yang harus dilatih. Harsono (2004:10) menyatakan, “Manfaat maksimal yang bisa diperoleh dari rangsangan latihan hanya akan terjadi manakala rangsangan tersebut mirip atau merupakan replikasi dari gerakan-gerakan yang dilakukan dalam olahraga tersebut.”


            3. Norma-Norma Pembebanan
Norma-norma pembebanan latihan meliputi volume, intensitas, interval dan densitas. Adapun pembahasan mengenai norma-norma pembebanan adalah sebagai berikut:
      a. Volume
Dalam suatu latihan biasanya berisi drill-drill atau bentuk-bentuk latihan. Isi latihan atau banyaknya tugas yang harus diselesaikan ini disebut volume latihan. Tentang hal ini oleh Chu (1989:13) dijelaskan, “Volume is the total work performed is single work at session or cycle”. Sedangkan mengenai pentingnya volume latihan oleh Bompa (1993:57) dikatakan, “As an athlete approaches the stage of high performance, the overall volume training becomes more important”. Hal ini mengisyaratkan bahwa setiap latihan harus memperhatikan volume latihan selain dari intensitas latihannya.
      b. Intensitas
Intensitas latihan oleh Moeloek (1984:12) dijelaskan, “Intensitas latihan menyatakan beratnya latihan”. Kemudian Chu (1989:13) menyatakan, “Intensity is effort involved in performing a given task”. Jadi intensitas latihan adalah besarnya beban latihan yang harus diselesaikan dalam waktu tertentu.
Untuk mengetahui suatu intensitas latihan atau pekerjaan adalah dengan mengukur denyut jantungnya. Cara mengukur intensitas ini oleh Harsono (1988:115) dijelaskan, “Intensitas latihan dapat diukur dengan berbagai cara, diantaranya mengukur denyut jantung (heart rate)”. Selanjutnya Katch dan McArdle yang dikutip oleh Harsono (1988:116) menjelaskan:

1)      Intensitas latihan dapat diukur dengan cara menghitung denyut jantung/nadi dengan rumus: denyut nadi maksimum (DNM) = 220 – umur (dalam tahun). Jadi seseorang yang berumur 20 tahun, DNM-nya = 220 – 20 = 200.
2)      Takaran intensitas latihan
a.       Untuk olahraga prestasi: antara 80%-90% dari DNM. Jadi bagi atlet yang berumur 20 tahun tersebut takaran intensitas yang harus dicapainya dalam latihan adalah 80%-90% dari 200 = 160 sampai dengan 180 denyut nadi/menit.
b.       Untuk olahraga kesehatan: antara 70%-85% daari DNM. Jadi untuk orang yang berumur 40 tahun yang berolahraga menjaga kesehatan dan kondisi fisik, takaran intensitas latihannya sebaiknya adalah 70%-85% kali (220 – 40), sama dengan 126 s/d 153 denyut nadi/menit.
Angka-angka 160 s/d 180 denyut nadi/menit dan 126 s/d 153 denyut nadi/menit menunjukan bahwa atlet yang berumur 20 tahun dan orang yang berumur 40 tahun tersebut berlatih dalam training sensitive zone, atau secara singkat biasanya disebut training zone.
3)      Lamanya berlatih di dalam training zone:
a.       Untuk olahraga prestasi: 45 – 120 menit
b.       Untuk olahraga kesehatan: 20 – 30 menit
     
      c. Interval
Masa pulih atau recovery dari setiap penyelesaian suatu tugas adalah hal yang perlu diperhatikan karena menyangkut kesiapan tubuh umumnya dan otot-otot khususnya untuk menerima beban tugas berikutnya. Mengenai masa pulih ini, Brittenham yang diterjemahkan oleh Soepadmo (1996:12) menjelaskan sebagai berikut:

Adaptasi fisik terjadi pada saat istirahat, karena pada waktu itu tubuh membangun persiapan untuk gerakan berikutnya. Maka istirahat yang cukup akan memberikan hasil yang maksimal. Jika anda terlalu giat berlatih dan tidak memberikan kesempatan tubuh beristirahat diantara tiap sesi latihan, maka anda akan mengalami kelelahan atau bahkan kemunduran.


       d. Densitas
            Densitas merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan kekerapan latihan dan merupakan frekuensi latihan yang dilakukan, diselingi waktu istirahat atau bisa disebut pula dengan kepadatan latihan, seperti 3 set  @ 25RM Squat = 75 kali, jadi kepadatannya adalah 75 kali Squat.

Sunday, September 18, 2011


PEDOMAN PRAKTIS

MEMANTAU STATUS GIZI ORANG DEWASA

PEDOMAN PRAKTIS

UNTUK
MEMPERTAHANKAN BERAT BADAN NORMAL BERDASARKAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT)

DENGAN GIZI SEIMBANG


(Suatu Cara Memantau Status Gizi Orang Dewasa
Melalui Penimbangan Berat Badan Secara Berkala )


PENTINGNYA MEMANTAU BERAT BADAN


Pembangunan Sumber Daya manusia (SDM) merupakan salah satu prioritas pembangunan nasional. Perhatian utama adalah untuk mempersiapkan dan meningkatkan kualitas penduduk usia kerja agar benar-benar memperoleh kesempatan serta turut berperan dan memiliki kemampuan untuk mewujudkan hal tersebut adalah pembangunan di bidang kesehatan dan gizi.

Masalah kekurangan dan kelebihan gizi pada orang dewasa (usia 18 tahun keatas) merupakan masa penting, karena selain mempunyai resiko penyakit-penyakit tertentu, juga dapat mempengaruhi produktifitas kerjanya. Oleh karena itu pemantauan keadaan tersebut perlu dilakukan oleh setiap orang secara berkesinambungan.

Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI) merupupakan alat atau cara yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa, khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan. Berat badan kurang dapat meningkatkan resiko terhadap penyakit infeksi, sedangkan berat badan lebih akan meningkatkan resiko terhadap penyakit degeneratif. Oleh karena itu, mempertahankan berat badan normal memungkinkan seseorang dapat mencapai usia harapan hidup yang lebih panjang.

Pedoman ini bertujuan memberikan penjelasan tentang cara-cara yang dianjurkan untuk mencapai berat badan normal berdasarkan IMT dengan penerapan hidangan sehari-hari yang lebih seimbang dan cara lain yang sehat.

Untuk memantau indeks masa tubuh orang dewasa digunakan timbangan berat badan dan pengukur tinggi badan.

IMT SEBAGAI ALAT PEMANTAU BERAT BADAN

Dengan IMT akan diketahui apakah berat badan seseorang dinyatakan normal, kurus atau gemuk. Penggunaan IMT hanya untuk orang dewasa  berumur > 18 tahun dan tidak dapat diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil, dan olahragawan.
Untuk mengetahui nilai IMT ini, dapat dihitung dengan rumus berikut:

                                    Berat Badan (Kg)
IMT     = -------------------------------------------------------
                        Tinggi Badan (m) X Tinggi Badan (m)


Batas ambang IMT ditentukan dengan merujuk ketentuan FAO/WHO, yang membedakan batas ambang untuk laki-laki dan perempuan. Disebutkan bahwa batas ambang normal untuk laki-laki adalah: 20,1–25,0; dan untuk perempuan adalah : 18,7-23,8. Untuk kepentingan pemantauan dan tingkat defesiensi kalori ataupun tingkat kegemukan, lebih lanjut FAO/WHO menyarankan menggunakan satu batas ambang antara laki-laki dan perempuan. Ketentuan yang digunakan adalah menggunakan ambang batas laki-laki untuk kategori kurus tingkat berat dan menggunakan ambang batas pada perempuan untuk kategorigemuk tingkat berat. Untuk kepentingan Indonesia, batas ambang dimodifikasi lagi berdasarkan pengalam klinis dan hasil penelitian dibeberapa negara berkembang.  Pada akhirnya diambil kesimpulan, batas ambang IMT untuk Indonesia adalah sebagai berikut:


Kategori
IMT
Kurus
Kekurangan berat badan tingkat berat
< 17,0
Kekurangan berat badan tingkat ringan
17,0 – 18,4
Normal

18,5 – 25,0
Gemuk
Kelebihan berat badan tingkat ringan
25,1 – 27,0
Kelebihan berat badan tingkat berat
> 27,0


Jika seseorang termasuk kategori :
1.      IMT < 17,0: keadaan orang tersebut disebut kurus dengan kekurangan berat badan tingkat berat atau Kurang Energi Kronis (KEK) berat.
2.      IMT 17,0 – 18,4: keadaan orang tersebut disebut kurus dengan kekurangan berat badan tingkat ringan atau KEK ringan.

Contoh cara menghitung IMT:

Eko dengan tinggi badan 148 cm, mempunyai berat badan 38 kg.  

38
--------------------           = 17,3
                   (1,48 X 1,48) m

Status gizi Eko adalah kurus tingkat ringan. Eko dianjurkan menaikkan berat badan sampai menjadi normal antara 41- 54 kg dengan IMT 18,5 – 25,0.



PERHATIAN !
Seseorang yang termasuk kategori kekurangan berat badan tingkat ringan (KEK ringan) sudah perlu mendapat perhatian untuk segera menaikkan berat badan.

3.      IMT 18,5 – 25,0       : keadaan orang tersebut termasuk kategori normal.
4.      IMT 25,1 – 27,0       : keadaan orang tersebut disebut gemuk dengan kelebihan berat badan tingkat ringan.
5.            IMT > 27,0            : keadaan orang tersebut disebut gemuk dengan kelebihan berat badan tingkat berat

Contoh cara menghitung :

Opong dengan tinggi badan 159 cm, mempunyai berat badan 70 kg. Maka IMT Opong adalah :  

70                                70                   
--------------------           =      --------      = 27,7
                   (1,59 X 1,59) m                    2,53

Berarti status gizi Opong adalah gemuk tingkat berat, dan Opong dianjurkan menurunkan berat badannya sampai menjadi 47- 63 kg agar mencapai berat badan normal (dengan IMT 18,5 – 25,0).

PERHATIAN !
Seseorang dengan IMT > 25,0 harus berhati-hati agar berat badan tidak naik. Dianjurkan untuk menurnkan berat badannya sampai dalam batas normal.


BADAN ANDA KURUS ?

Penyebab
Karena konsumsi energi lebih rendah dari kebutuhan yang mengakibatkan sebagian cadangan energi tubuh dalam bentuk lemak akan digunakan.

Kerugian
1.      Penampilan cenderung kurang menarik
2.      Mudah letih
3.      Resiko sakit tinggi, beberapa resiko sakit yang dihadapi antara lain : penyakit infeksi, depresi, anemia dan diare.
4.      Wanita kurus kalau hamil mempunyai resiko tinggi melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah.
5.      Kurang mampu bekerja keras.

Cara Menaikkan Berat Badan
1.      Makanlah secara teratur 3 kali sehari dengan gizi seimbang
2.      Makanlah lebih banyak makanan sumber energi dan protein dari biasanya seperti roti, nasi, umbi-umbian, ikan, daging, tempe, tahu.
3.      Tetap berolahraga secara teratur
4.      Cukup istirahat

Perlu diketahui
Seseorang yang termasuk dalam kategori kurus dapat disebabkan oleh penyakit tertentu. Oleh kaena itu dianjurkan ntuk memeriksakan kesehatannya pada tenaga medis.

Tips
Agar dapat memantau IMT dengan baik, timbanglah berat badan anda secara teratur.

BERAT BADAN ANDA NORMAL ?

Bisa diwujudkan dengan mengkonsumsi energi sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan tubuh, sehingga tidak terjadi penimbunan energi dalam bentuk lemak, maupun penggunaan lemak sebagai sumber energi.
Keuntungan
1.      Penampilan baik.
2.      Lincah
3.      Resiko penyakit rendah.
Cara Mempertahankan Berat Badan Normal
1.      Pertahankan kebiasaan makan sehari-hari dengan susunan menu gizi seimbang.
2.      Pertahankan kebiasaan olah raga yang teratur dan tetap melakukan
3.      Kebiasaan fisik sehari-hari

 

ANDA KELEBIHAN BERAT BADAN ?

Penyebab
Kelebihan berat badan terjadi bila makanan yang dikonsumsi mengandung energi melebih kebutuhan tubuh. Kelebihan energi tersebut akan disimpan tubuh sebagai cadangan dalam bentuk lemak sehingga mengakibatkan seseorang menjadi lebih gemuk.

Kerugian
  1. Penampilan kurang menarik
  2. Gerakan tidak gesit dan lambat
  3. Merupakan faktor resiko penyakit:
·         Jantung dan pembuluh darah
·         Kencing manis (diabetes mellitus)
·         Tekanan darah tinggi
·         Gangguan sendi dan tulang
·         Gangguan ginjal
·         Gangguan kandungan empedu
·         Kanker
·         Pada wanita dapat mengakibatkan gangguan haid (haid tidak teratur, perdarahan yang tidak teratur), factor penyulit pada persalinan.
Cara Menurunkan Berat Badan Yang Dianjurkan
  1. Diet
·         Makan teratur (2 atau 3 kali sehari) dengan gizi seimbang.
·         Kurangi jumlah makanan terutama sumber energi
·         Kurangi makanan yang berminyak, berlemak atau bersantan karena memberikan energi yang tinggi.
·         Kurangi konsumsi gula dan makanan yang manis, karena makanan tersebut juga menghasilkan energi yang tinggi.
·         Makan banyak sayuran dan buah-buahan karena makan tersebut banyak mengandung serat.
·         Hindari minuman beralkohol karena merupakan sumber kalori dan berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan.

  1. Olah raga dan kegiatan fisik
·         Olahraga secara teratur selama ½ - 1 jam minimal 3 kali seminggu.
·         Pilihlah olah raga yang sesuai dengan usia dan kondisi kesehatan.
·         Tingkatkan kegiatan fisik sesuai yang dilakukan sehari-hari.
Cara Menurunkan Berat Badan Yang Tidak Dianjurkan
·         Mengurangi jumlah konsumsi makanan sehari –hari secara drastis sehingga mengakibatkan pusing, lemas, keringat dingin atau gejala lainnya yang membahayakan kesehatan.
·         Menurunkan berat badan secara cepat, lebih dari 2 kg perbulan.
·         Mengandalkan makanan formula saja untuk menurunkan berat badan.
·         Menggunakan obat-obatan atau bahan penurun berat badan tanpa pengawasan tenaga medis. Beberapa obat dan bahan tersebut hanya menurunkan berat badan sementara dengan mengeluarkan cairan tubuh.

MENGENAL GIZI SEIMBANG 

Gizi seimbang adalah susunan hidangan sehari yang mengandung zat gizi dalam jumlah dan kualitas yang sesuai dengan kebutuhan tubuh untuk dapat hidup sehat secara optimal.

Zat-zat gizi yang dibutuhkan untuk hidup sehat adalah: karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral. Didalam tubuh, zat-zat gizi tersebut berfungsi sebagi sumber energi atau tenaga (terutama karbohidrat dan lemak), sumber zat pembangun (protein), terutama untuk tetap tumbuh dan berkembang serta untuk mengganti sel-sel yang rusak, sumber zat pengatur (vitamin dan mineral)

Makanan yang dikonsumsi sehari-hari harus mengandung semua zat gizi tersebut. Makanan sumber energi terutama adalah: nasi, jagung, sagu, ubi, roti, dan hasil olahannnya. Makanan sumber zat pembangun misalnya: ikan, telur, daging, tahu, tempe, dan kacang-kacangan, dan makanan sumber zat pengatur terutama sayur-sayuran dan buah-buahan.

Tips Hidup Sehat

·         Kalau anda kurus, makanlah secara teratur dengan gizi seimbang dan lebih banyak dari biasanya.
·         Kalau anda gemuk, makanlah secara teratur dengan gizi seimbang dan jumlahnya kurang dari biasanya.
·       Jika anda kurus atau kegemukan, konsultasikan kepada dokter atau ahli gizi untuk mengatur gizi seimbang.


MENGETAHUI KEBUTUHAN ENERGI SESEORANG

Agar manusia dapat tetap hidup dan bekerja seperti biasanya maka memerlukan energi yang biasa diukur dengan satuan kalori. Meskipun kita tidur dan tidak bekerja, energi tetap dibutuhkan untuk denyut jantung dan fungsi tubuh lainnya. Energi dapat diibaratkan sebagai bensin yang diperlukan oleh kenderaan agar dapat tetap berjalan.

Jumlah kebutuhan energi seseorang pada dasarnya berbeda tergantung pada umur, jenis kelamin, berat badan, dan aktifitas seseorang. Sebagai contoh, seseorang laki-laki dewasa (20 – 59 tahun) dengan barat badan 62 kg, tinggi 165 cm dan aktifitas sedang membutuhkan energi kurang lebih 3000 kilo kalori, sedangkan bila wanita dewasa berat 54 kg tinggi 156 cm dengan aktifitas sedang membutuhkan 2250 kilo kalori. Apabila orang yang sama dengan aktifitas lebih berat, maka kebutuhan bagi laki-laki sebesar 3600 kilo kalori dan wanita 2600 kilo kalori.

Contoh Menu Dengan Energi 2500 kilo kalori, 2000 kilo kalori dan 1700 kilo kalori


Waktu

Jenis Hidangan

Ukuran Rumah Tangga Untuk
2500 kilokalori
2000 kilokalori
1700 kilokalori
Pagi
Nasi
2 sendok nasi
2 sendok nasi
1 sendok nasi
Daging bumbu semur
1 potong
1 potong
½ potong
Tumis kacang panjang + tauge
½ mangkok
½ mangkok
½ mangkok
Teh manis
1 gelas
1 gelas
1 gelas
10.00
Bubur kacang hijau
1 gelas
1 gelas
1 gelas
Siang
Nasi
3 sendok nasi
2 sendok nasi
1½ sendok nasi
Ikan goreng
1 potong
1 potong
1 potong
Tempe bacem
2 potong
1 potong
1 potong
Lalap
½ mangkok
½ mangkok
½ mangkok
Sayur asem
1 mangkok
1 mangkok
1 mangkok
Sambal tomat
1 sendok makan
1 sendok makan
1 sendok makan
Nenas
1 potong
1 potong
1 potong
16.00
Buah
-
-
1 potong
Malam
Nasi
3 sendok makan
2 sendok makan
1½ sendok makan
Pepes ayam
1 potong
1 potong
1 potong
Tahu balado
1 potong
1 potong
1 potong
Sayur bening bayam + jagung muda
1 mangkok
1 mangkok
1 angkok
Pepaya
1 potong
1 potong
1 potong
Keterangan :    untuk ukuran rumah tangga nasi digunakan sendok nasi (centong), bukan sendok makan


CARA MENENTUKAN IMT DENGAN GRAFIK.

1.      Tentukan titik berat badan tinggi badan anda pada masing-masing sumbu grafik.
2.      Tarik garis lurus dari titik yang menunjukkan berat badan sejajar dengan sumbu tinggi badan.
3.      Tarik garis lurus dari titik tinggi badan tegak lurus sejajar dengan sumbu berat badan.
4.      Angka pertemuan antara garis berat badan dan tinggi badan tersebut adalah nilai IMT anda.


Permainan Bola Basket

Kata dasar dari permainan adalah main. Kata main menurut Poerwadarminta (1984:620) berarti, “Perbuatan untuk menyenangkan hati (yang dilak...