Sunday, August 14, 2011

Membuat Alat Ukur dalam Olahraga


A.    Tes dan Pengukuran
Tes hampir tidak dapat dipisahkan dari pengertian pengukuran. Tes merupakan suatu alat yang digunakan untuk membantu dalam pengambilan keputusan yang menyangkut individu maupun kelompok. Berbagai kegiatan dalam kehidupan manusia seringkali membutuhkan adanya suatu tes dan pengukuran sebelum menentukan nilai terhadap suatu hal. Dalam penggunaannya tes merupakan serangkaian prosedur yang sistematis dan obyektif untuk memperoleh data guna menjelaskan hasil yang ingin diketahui baik secara deskriptif maupun evaluatif, seperti yang diungkapkan oleh Arikunto (1997:51) bahwa: “Tes merupakan prosedur sistematik dimana individual yang di tes direpresentasikan dengan suatu tes stimulasi jawaban mereka yang dengan menunjukkan ke dalam angka.”
Pengukuran dalam bidang keolahragaan merupakan bagian atau proses dari usaha pembinaan ke arah peningkatan prestasi yang maksimal. Dari hasil pengukuran dapat diperoleh informasi mengenai kekurangan-kekurangan atau kemajuan-kemajuan yang ada pada proses berlatih maupun belajar yang dilakukan. Pengukuran merupakan salah satu cara yang digunakan untuk membandingkan karakteristik individu dengan individu yang lainnya melalui suatu alat ukur yang berupa tes tertentu yang hasilnya dapat dinyatakan dalam bentuk angka atau kategori. Jadi sebelum mengambil keputusan tentang suatu masalah yang ingin diketahui terlebih dahulu harus diadakan pengukuran untuk memperoleh data yang obyektif yang bersifat kuantitatif. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Grounlund (1985:25) bahwa: “Measurment is the process of assigning numbers to individuals or their characteristic according to specific rules.” Maksudnya yaitu pengukuran adalah proses menetapkan peringkat untuk individu atau karakteristik mereka sesuai dengan aturan tertentu. Selain itu dijelaskan oleh Nurhasan (2000:08) adalah: “Pengukuran merupakan proses untuk memperoleh data atau informasi dari individu atau obyek.” Adapun menurut Arikunto (1997:139) adalah “Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.”

B.     Fungsi Tes dan Pengukuran
Dalam dunia olahraga atau pendidikan olahraga, pengukuran dapat digunakan sebagai sarana untuk mengetahui perkembangan yang menyangkut kemampuan keterampilan dalam kegiatan belajar atau latihan, bahkan dengan pengetesan dan pengukuran akan diketahui kekurangan dan kemajuan serta keterampilan yang diperoleh dari hasil belajar atau latihan yang telah dilakukan. Jelas bahwa tes dan pengukuran memegang peranan yang penting dalam berbagai hal, baik dalam hal olahraga maupun bidang pendidikan. Jika suatu kegiatan tidak dibarengi dengan tes dan pengukuran, maka sulit untuk melihat kemajuan atau pun kekurangan. Hal ini sesuai dengan penjelasan Nurhasan (1991:214) bahwa: “Bila suatu usaha tidak disertai dengan pengetesan dan pengukuran, maka sukar untuk dapat menyatakan adanya kekurangan ataupun kemajuan.” Adapun fungsi lain dari tes dan pengukuran, seperti yang dikemukakan oleh Nurhasan (1991:215-216) sebagai berikut:
a.       menafsirkan kemajuan para atlet
Pada permulaan latihan perlu diadakan tes awal latihan, kemudian berikan latihan-latihan yang telah disusun sesuai dengan program pembinaan olahraga, setelah beberapa minggu diadakan kembali pengetesan atau pengukuran mengenai hasil latihan yang telah diberikan
b.      Penentuan dan bimbingan
Adakan pengetesan dan pengukuran untuk mendapatkan beberapa kasus dari tiap-tiap atlet, berdasarkan hasil pengukuran tersebut akan memberikan bantuan dan petunjuk-petunjuk kepada para atlet agar dapat memahami dirinya, dengan demikian akan mempermudah dalam memberikan bimbingan untuk proses pembinaan selanjutnya.
c.       Pengelompokan kemampuan atlet
Penentuan atlet dalam tiap-tiap kelompok yang homogen dalam kecakapannya, akan mempermudah pelatih dalam memberikan instruksi dan memberikan bahan-bahan latihan untuk atlet binaannya, karena tidak semua atlet mempunyai kecakapan yang tinggi, ada pula atlet yang sangat lambat dalam perkembangannya dalam menguasai teknik yang di berikan. Untuk pengelompokan atlet tersebut diperlukan data yang obyektif, untuk mendapatkan data yang obyektif diperoleh dari hasil pengukuran.
d.      Pemberian motivasi dan dorongan
Setelah mengetahui setatus atlet dalam kelompoknya dengan pengetesan, pengukuran dan penilaian maka ia berusaha berlatih lebih giat lagi untuk mencapai kedudukan yang lebih baik. Dengan kata lain ia akan terasa ingin berlomba untuk menduduki ranking teratas.
e.       Pemberian instruksi
Untuk mengetahui apakah instruksi yang telah diberikan dapat diterima atau tidak, maka perlu memilih cara atau metode yang digunakan dalam memberikan instruksi atau cara-cara latihan yang lebih efektif. Dengan demikian perlu mengadakan pengetesan.
f.       Penelitian
Dari hasil pengetesan, pengukuran dan penilaian terhadap suatu aktivitas atau kegiatan, akan timbul masalah-masalah yang perlu diteliti lebih lanjut. Hasil penelitian ini sangat berguna bagi peningkatan prestasi.

C.    Kriteria Tes
Sebelum memilih dan menggunakan suatu tes harus dipastikan terlebih dahulu bahwa tes tersebut telah dirakit (dikonstruk) secara alamiah dan memiliki beberapa macam kriteria yang telah disepakati oleh para ahli. Selain itu dalam pelaksanaannya pengukuran harus benar-benar teliti dan sesuai dengan apa yang hendak diukur.
Kriteria-kriteria dalam memilih tes akan memberikan petunjuk dan memberikan jalan dalam memilih suatu tes. Nurhasan (2000:25) menjelaskan, “Kriteria untuk memilih suatu tes yang baik akan memberikan gambaran yang sesungguhnya dari suatu obyek yang akan di ukur.” Untuk memilih suatu tes agar tes tersebut dianggap baik maka harus ada suatu kriteria. Kriteria yang dipakai dalam menilai suatu tes meliputi validitas, reliabilitas, obyektifitas, dan norma. Dari faktor-faktor tersebut yang paling utama yaitu faktor validitas dan reliabilitas. Nurhasan (2000:25) menjelaskan “Kriteria untuk mengukur suatu tes, dapat dipertimbangkan berdasarkan kriteria teknis dan kriteria pelengkap. Kriteria teknis meliputi kesahihan (validitas), keterandalan (reliability) dan obyektif (objektivity), sedangkan kriteria pelengkap meliputi pertimbangan aspek ekonomi, mudah dilaksanakan dan norma.”
Dilihat dari pendapat di atas ternyata bahwa validitas dan reliabilitas merupakan karakteristik sangat mendukung dalam pembuatan dan penentu suatu alat ukur yang baik dan tepat.
1.      Kesahihan (Validity)
Suatu alat tes dapat dikatakan valid apabilates tersebut dapat tepat mengukur apa yang hendak di ukur. Mengenai derajat kesahihan (validitas) suatu alat ukur, hal ini sesuai dengan Barrow dan Mcgee (1971:42) bahwa: “Validity is the most importance of the technical standars because it test the honesty of old test.” Untuk lebih jelasnya penulis akan menguraikan mengenai jenis-jenis validitas sebagai berikut:
a.       Validitas isi (content validity)
Validitas isi menggambarkan derajat kesahihan suatu alat ukur atau tes yang berkualitas dengan isi atau materi yang diberikan. Suatu tes dikatakan mempunyai validitas isi apabila tes itu mengukur tujuan khusus tertentu sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan. Jadi tes tersebut benar-benar mencangkup materi atau bahan yang telah diberikan atau sesuai dengan ruang lingkup materi yang diajarkan.
b.      Validitas kontruksi (construct validity)
Sebuah tes dikatakan telah memiliki validitas kontruksi, apabila butir-butir tes yang membangun tes itu mengukur aspek-aspek yang terdapat dalam konsep itu. Butir – butir tes itu di susun berdasarkan unsur-unsur yang terdapat dalam konsep itu misalnya kebugaran jasmani terdiri dari komponen-komponen: daya tahan, kekuatan, kecepatan, kelincahan, power, dan kelentukan. Maka tes kebugaran jasmani itu terdiri dari butir-butir tes yang terdiri dari butir-butir tes yang disusun atas dasar komponen-komponen tersebut yaitu tes daya tahan, tes kekuatan, tes kecepatan, tes kelincahan, tes power, dan tes kelenturan. Kesatuan dari butir-butir tersebut menggambarkan mengenai kebugaran jasmani seseorang.
c.       Validitas setara (concurrent validity)
Validitas ini lebih dikenal dengan validitas empiris. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas empiris apabila hasil tes itu sesuai dengan pengalaman. Hasil tes itu dibandingkan dengan tes standar, maka dikatakan bahwa tes valid, karena sesuai dengan standar, sebagai kriteria yang digunakan.
d.      Validitas prediksi
Sebuah tes dikatakan memiliki validitas prediksi atau validitas ramalan, apabila tes tersebut memiliki kemampuan untuk meramalkan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Misalnya tes masuk keperguruan tinggi (tes UMPTN) sebuah tes diperkirakan mampu meramalkan keberhasilan peserta tes dalam mengikuti kuliah di masa yang akan datang. Para calon yang diterima berdasarkan tes itu, diharapkan mencerminkan hasil belajarnya mencapai nilai yang baik dalam hasil belajarnya, sebaliknya yang bila mahasiswa tersebut pada akhir semester satu (misalnya) memperoleh nilai rendah dari mahasiswa lainnya yang skor / hasil ujian saringan masuknya lebih rendah, maka tes masuk tersebut dikatakan tidak memiliki validitas prediksi.
Adapun teknik yang digunakan untuk mencari kesesuaian atau kesejajaran suatu tes adalah teknik korelasi. Pendekatan teknik korelasi oleh Person yang di kutip oleh Arikunto (1997:67) dilakukan dengan dua cara yaitu: “1) teknik korelasi product moment dengan simpangan dan 2) teknik korelasi dengan angka kasar.” Berkaitan dengan penelitian ini, pendekatan teknik korelasi yang digunakan adalah teknik korelasi product moment.

2.      Keterandalan (Reliability)
Keterandalan ini menggambarkan derajat keajegan atau konsistensi hasil pengukuran. Suatu alat ukur atau tes dikatakan variabel jika alat pengukur itu menghasilkan suatu gambaran yang benar-benar dapat dipercaya dan dapat diandalkan untuk membuahkan hasil pengukuran yang sesungguhnya. Jika alat tersebut reliabel, maka pengukuran yang dilakukan berulang-ulng dengan memakai alat yang sama terhadap obyek dan subjek yang sama hasilnya akan tetap atau relatif sama. Kata reliabilitas dalam bahasa Indonesia diambil dari kata reliability dalam bahasa Inggris, berasal dari kata reliable yang artinya dapat dipercaya. (Arikunto, 1997:58).
Keterandalan suatu alat pengukur atau tes dapat diperoleh melalui tiga cara, hal ini diungkapkan oleh Nurkancana dan Sumartana (1982:126-127) bahwa:

a.       Keterandalan yang diperoleh melalui pengukuran ulang (Test-retest)
Untuk mengetahui besarnya derajat keterandalan suatu alat pengukur dapat dilakukan dengan dua kali cara pengukuran yaitu, pengukuran pertama dan ulangannya. Untuk pelaksanaan pengukuran ini harus diperhatikan bahwa proses pengukuran pertama hendaknya tidak mewarnai hasil pengukuran kedua, kondisi pelaksanaan pengukuran kedua (harus benar-benar) dalam keadaan yang tetap sama. Selanjutnya hasil pengukuran yang pertama dan yang kedua dikorelasikan dan hasilnya menunjukkan kenyataan derajat keterandalan (reliabilitas) alat pengukur tersebut.
b.      Keterandalan yang diperoleh melalui teknik belah dua
Dalam teknik ini tes yang telah diberikan kepada sekelompok subyek dibelah menjadi dua bagian, kemudian tiap-tiap bagian diberikan skor secara terpisah, ada dua prosedur yang dapat dipergunakan untuk membelah dua tes yaitu, prosedur ganjil-genap, artinya seluruh item yang bernomor ganjil dikumpulkan menjadi satu kelompok, dan seluruh item yang bernomor genap menjadi kelompok yang lain, dan prosedur secara random, misalnya dengan jalan lotre atau dengan menggunakan tabel bilangan random.
c.       Teknik bentuk paralel
Tes paralel atau tes ekuivalen adalah dua buah tes yang mempunyai kesamaan tujuan, tingkat kesukaran dan susunan, tetapi butir-butir soalnya berbeda. Dalam metode bentuk paralel ini, dua tes yang paralel, misalnya tes yang pertama yang akan dicari reliabilitasnya dan tes kedua diteskan kepada kelompok atlet yang sama kemudian hasilnya dikorelasikan. Berkaitan dengan penelitian ini, maka untuk menguji keterandalan tes digunakan teknik test-retest.





3.      Obyektivitas (objektivity)
Batasan obyektivitas dijelaskan oleh Barrow dan Mcgee (1971:38) bahwa: “Objektivity is the first of the technical the standars to be considered”. Selain itu dijelaskan oleh Nurhasan (2000:35) bahwa: ”Objektivitas adalah derajat kesamaan hasil dari dua atau lebih pengambilan tes (testor)”.  
Obyektivitas dengan keterandalan pada dasarnya memiliki kemiripan dalam pengertiannya dalam definisi obyektivitas sama halnya dengan definisi keterandalan, hanya saja dari keduanya terdapat perbedaan serta persamaannya. Arikunto (1997:59) menjelaskan, “Apabila dikaitkan dengan reliabilitas maka obyektivitas menekankan ketetapan (consistency) pada sistem scoring, sedangkan reliabilitas menekankan ketetapan dalam hasil tes.”

Permainan Bola Basket

Kata dasar dari permainan adalah main. Kata main menurut Poerwadarminta (1984:620) berarti, “Perbuatan untuk menyenangkan hati (yang dilak...