Monday, December 28, 2009

Motivasi Belajar dalam Penjaskes

A. Definisi Motivasi

Manusia adalah mahluk yang diciptakan dengan sempurna, dibekali kelebihan naluri dan akal sehat dalam melakukan aktifitas untuk mempertahankan hidupnya. Aktifitas tersebut ditentukan oleh faktor-faktor yang datang dari diri sendiri maupun faktor yang dating dari luar. Tindakan atau perbuatan yang didorong oleh kekuatan dari dalam pribadi seseorang disebut motif. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Suryabrata (1984:70) bahwa: “Motif adalah keadaan dalam diri pribadi orang yang mendorong individu untuk melakukan aktifitas-aktifitas tertentu guna mencapai tujuan.” Selanjutnya Singgih (1989:90) menjelaskan: “Motif diartikan sebagai pendorong atau penggerak dalam diri manusia yang diarahkan kepada tujuan tertentu.”

Dalam konteks pendidikan jasmani motif untuk untuk belajar merupakan kecenderungan seseorang untuk melakukan proses pembelajaran menurut kebutuhannya masing-masing, misalnya seseorang belajar untuk mendapatkan prestasi yang lebih tinggi atau hanya untuk memelihara kesehatan saja, atau juga untuk proses sosialisasi yaitu untuk dapat berhubungan dengan orang lain.

Selanjutnya Heckhauen mengemukakan dalam Sudibyo (1993:63) bahwa: “Motivasi merupakan aktualisasi dari motif, sehingga diperoleh batasan motivasi adalah proses aktualisasi sumber penggerak dan pendorong tingkah laku individu memenuhi kebutuhan untuk tujuan tertentu.”

Motivasi menurut Mc Donald yang dikutip Sardiman (1986:73) menjelaskan sebagai berikut: “Motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai munculnya rasa atau feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.” Sedangkan motivasi dalam kamus psikologi adalah sebagai berikut:

Motivasi menunjukan kepada seluruh proses gerakan, termasuk situasi yang mendorong timbul dalam diri inividu.tingkah laku yang ditimbulkan oleh situasi tersebut dan tujuan atau akhir dari pada gerakan atau perbuatan. Tingkah laku termotivasi ialah tingkah laku berlatar belakang adanya suatu kebutuhan, tujuan tingkah laku tercapai apabila kebutuhan telah terpenuhi.

B. Jenis-jenis Motivasi
Pemahaman dalam menerapkan motivasi yang harus dilakukan oleh pengajar senantiasa bertolak pada wawasan tentang konsep motivasi secara utuh. Salah satu cara yang mudah dalam mengaplikasikannya adalah tentang macam-macam motivasi yang dapat dijadikan pedoman menyampaikan dorongan terhadap siswa. Sardiman (1986:86-87) memberi gambaran tentang macam-macam motivasi sebagai berikut:

1. Motivasi dilihat dari dasar pendidikannya

a. Motif-motif bawaan.

Motif bawaan ialah motif yang dibawa sejak lahir, tanpa dipelajari, seperti dorongan untuk makan, minum, istirahat dan dorongan seksual. Motif ini diisyaratkan secara biologis. Fradsen memberi istilah sejenis motif physiological drives

b. Motif-motif yang dipelajari

Adalah motif yang timbul karena dipelajari. Seperti dorongan untuk belajar suatu cabang ilmu pengetahuan, dorongan untuk mengajar sesuatu didalam masyarakat

2. Jenis motifasi menurut pembagian dari Woodworth dan Marquis (1955) dalam Sardiman (1986:86) sebagai berikut:

a. Motif atau kebutuhan organis, ini sesuai dengan jenis Physiological drives dari Fradsen seperti telah disinggung didepan

b. Motif-motif darurat, seperti dorongan untuk menyelamatkan diri, orongan untuk membalas, untuk berusaha, untuk memburu. Jelasnya motivasi jenis ini timbul karena adanya rangsangan dari luar.

c. Motif-motif objektif, dalam halini mnyangkut kebutuhan untuk melakukan eksplorasi, melakukan manipulasi untuk menaruh minat. Motif ini timbul karena dorongan untuk dapat menghadapi dunia luar secara efektif.

3. Motivasi jasmaniah dan rohaniah

Yang termasuk motifasi jasmaniah adalah seperti reflek, insting otomatis nafsu. Sedangkan yang termasuk motivasi rohaniah adalah kemauan. Reflek dan insting otomatis hampir sama, terbentuk oleh rangsangan yang ditimbulkan dari luar individu secara mendadak atau tiba-tiba. Misalnya ketika seseorang tiba-tiba ada benda asing yang masuk kedalam matanya, maka secara reflek ia akan berkedip dan timbul insting otomatis dengan mengeluarkan air dari mata tersebut. Sedangkan nafsu itu timbul ketika ada tujuan tertentu yang ingin dicapai oleh seseorang.

Kemauan pada setiap diri seseongan terbentuk melalui empat momen, yaitu: Momen timbulnya alasan, momen pilih ketika ada persaingan alternatif, momen pengambilan keputusan, momen terbentuknya kemauan.

4. Motivasi ekstrinsik dan intrinsik

Untuk melihat motivasi belajar dari diri seseorang dapat diamati dari motivasi ekstrinsik dan intrinsik orang dalam melakukan belajar. Mengenai pengertian motivasi ekstrinsik dan intrinsic, Singgih (1989:100) menjelaskan: “Motivasi intrinsik adalah dorongan dari dalam yang menyebabkan individu berpartisipasi.. Dorongan ini sering dikatakan dibawa sejak lahir, sehingga tidak dapat dipelajari.” Selanjutnya Harsono (1988:252) menjelaskan: “Motivasi intrinsik sering pula disebut competenc motifation karena atlet dengan motifasi intrinsic biasanya sangat bergairah untuk meningkatkan kompetisinya dalam usaha untuk mencapai kesempurnaan.”

Siswa yang memiliki motifasi ini akan memiliki tujuan menjadi orang yang terdidik, berpengetahuan dengan cara belajar dengan sungguh-sungguh. Dorongan yang menggerakan bersumber pada suatu kebutuhan. Jadi motifasi itu muncul dari kesadaran sendiri dengan tujuan yang jelas, yaitu keharusan untuk menjadi orang yang terdidik dan berpengetahuan. Sedangkan motivasi ektrinsik menurut Singgih (1989:101) adalah: “Dorongan yang berasal dari luar individu yang menyebabkan berpartisipasi dalam olahraga.” Motivasi ektrinsik dapat dikatakan sebagai bentuk motivasi yang di dalamnya aktifitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktifitas belajar fisik. Berdasarkan hal tersebut, bukan berarti motivasi ini tidak penting. Hal seperti ini yang dikemukakan oleh Sardiman (2004:91) yaitu:

Dalam kegiatan belajar mengajar motifasi ektrinsik tetap penting, sebab kemungkinan besar keadaan sisa itu dinamis, berubah-ubah dan jjuga mungkin komponen-kompenen lain dalam proses belajar mengajar ada yang kurang menarik bagi siswa sehingga diperlukan motifasi ektrinsik.

Kemudian Butt dalam Wismaningsih (1992:40) menjelaskan: “Motivasi olahraga sebagaian besar bersumber kepada kkebutuhan individu merasa kompeten dalam suatu kegiatan olahraga.” Jadi dapat penulis gambarkan, seseorang melakuakan aktifitas olahraga didasarkan bahwa ia ingin menunjukan keterampilan maupun kompetensinya dibidang olahraga.

C. Belajar

Belajar merupakan istilah yang tidak asing dalam kehidupan manusia sehari-hari, dalam menjalani kehidupan tanoa disadari manusia telah melakukan apa yang disebut belajar. Menurut Skinner (1958) dalam Walgito (2004:166) mengemukakan bahwa, “Belajar itu merupakan suatu proses adaptasi perilaku yang bersifat progresif. Ini berarti bahwa sebagai akibat dari belajar adanya progresifitas, adanya tendensi ke arah yang lebih baik dari keadaan sebelumnya.”

Dikatakan bahwa belajar merupakan suatu proses adaptasi prilaku yang progresif, maka setelah terjadi proses adaptasi diharapkan terjadi perubahan dalam penampilan. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Mc Geoch (1956) dalam Suryabrata (2002:231) bahwa: “Learning is a change in performance as a result of practice.” Ini berarti bahwa belajar membawa perubahan dalam penampilan, dan perubahan itu sebagai akibat dari latihan atau proses belajar.

Perubahan penampilan yang diakibatkan oleh proses belajar diharapkan dapat bersifat kekal. Mengenai hal ini Morgan (1984) dalam Walgito (2004:167) mengemukakan: “Learning can be defined as any relatively permanent change in behavior which occur as a result of practice or experience”. Ini berarti bahwa perubahan perilaku itu relatif permanen.

Dalam proses pembelajaran diharapkan terjadi perubahan sesuai dengan tujuan. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Surya (2003:13) bahwa: “Dalam proses pembelajaran, semua aktifitas terarah kepada pencapaian suatu tujuan tertentu.” Misalnya seorang inividu belajar pendidikan jasmani dengan harapan akan menjadi sehat dan bertujuan untuk mempelajari keterampilan berolahraga.

Dari beberapa teori di atas, dapat penulis gambarkan beberapa hal mengenai belajar yaitu:

1. Belajar merupakan suatu proses yang mengakibatkan adanya perubahan prilaku ini setelah belajar individu mengalami perubahan perilaku dalam arti yang luas.

2. Perubahan yang disebabkan karena belajar itu bersifat relatif permanen, yang berarti perubahan itu dapat bertahan dalam waktu yang lama. Tetapi perbahan itu tidak akan menetap terus menerus, sehingga sewaktu-waktu hal itu dapat berubah lagi sebagai akibat belajar.

3. Semua aktifitas pembelajaran terarah pada tujuan, sehingga perubahan yang terjadi akan seseuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

Belajar sebagai proses atau aktifitas diisyaratkan oleh banyak sekali hal atau faktor-faktor. Faktor yang mempengaruhi belajar dapat diklasifikasikan, seperti yang dikemukakan oleh Suryabrata (2002:233-236) sebagai berikut:

1. Faktor-faktor yang berasal dari luar diri siswa, yaitu:

a. Faktor-faktor non sosial

Kelompok dari faktor-faktor ini tak terbilang jumlahnya, seperti misalnya keadaan udara, suhu, cuaca, waktu belajar dan fasilitas belajar. Faktor-faktor tersebut harus diatur sehingga dapat membantu kelancaran proses belajar.

b. Faktor-faktor sosial

Adalah faktor manusia seperti misalnya kegaduhan dalam kelas yang dilakukan oleh sebagian kecil siswa tentunya akan mengganggu secara keseluruhan proses belajar, ketika sedang belajar terdengar banyak orang lain yang bercakap-cakap disamping kelas, 1 atau 2 orang hilir mudik keluar kelas dan sebagainya. Biasanya faktor-faktor tersebut mengganggu konsentrasi, sehingga perhatian tidak dapat ditujukan pada proses belajar. Dengan berbagai cara faktor-faktor tersebut harus diatur supaya belajar dapat berlangsung dengan sebaik-baiknya.

2. Faktor-faktor yang berasal dalam diri siswa

a. Faktor-faktor fisiologis dalam belajar

Faktor fisiologis ini ternyata dibedakan oleh dua macam, yaitu tonus jasmani pada umumnya dan keadaan fungsi-fungsi indera. Keadaan tonus jasmani pada umumnya dapat dikatakan yang melatar belakang aktifitas belajar. Keadaan jasmani yang sehat dan segar akan membawa pengaruh yang baik terhadap proses belajar. Seperti misalnya keadaan gizi dan nutrisi yang cukup. Keadaan fungsi-fungsi panca indera yang berfungsi baik akan sangat membantu kelancaran proses belajar.

b. Faktor-faktor psikologis dalam belajar

Faktor-faktor psikologis mencakup pada hal-hal yang mendorong aktifitas belajar. Mengenai hal ini Fradsen (1961) mengemukakan dalam Suryabrata (2002:236) bahwa hal yang mendorong seseorang untuk belajar itu adalah sebagai berikut

Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas
Adanya sifat kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk maju
Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru dan teman-teman
Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha yang baru, baik dengan koperasi maupun dengan kompetisi
Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai pelajaran
Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir daripada belajar.

D. Motivasi Belajar dalam Pendidikan Jasmani

Definisi motivasi belajar menurut Sardiman (1986:40) menjelaskan: “Motivasi belajar adalah keinginan atau dorongan untuk belajar.” Artinya motivasi belajar akan mendorong siswa untuk melakukan kegiatan belajar, jadi motivasi belajar siswa akan senantiasa menentukan intensitas belajar bagi para siswa.
Sehubungan dengan pentingnya motivasi belajar akan berkaitan dengan hasil belajar yang akan dicapai. Adapun fungsi motivasi seperti yang dikemukakan oleh Sardiman (2004:85) yaitu:

1. Mendorong manusia untuk berbuat, sebagai sumber penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan

2. Menentukan arah perbuatan yakni kearah tujuan yang hendak dicapai sesuai dengan rumusan tujuannya.

3. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

Dalam kaitan dengan pendidikan jasmani motivasi belajar pendidikan jasmani sangat diperlukan agar kegiatan belajar-mengajar dapat berlangsung dan tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan. Sesuai dengan konsep motifasi belajar, maka motivasi belajar pendidikan jasmani adalah dorongan atau keinginan siswa untuk melakukan aktifitas-aktifitas yang terdapat dalam kegiatan belajar pendidikan jasmani.

Adalah tugas seorang guru untuk membangkitkan motivasi belajar siswa. Misalnya dengan menjelaskan maksud dan tujuan tugas yang akan diberikan. Lutan (1998:30) menjelaskan: “Teknik memotivasi belajar pendidikan jasmani adalah dengan cara: orientasi sukses, modifikasi cabang olahraga, motivasi dalam diri anak, pengajaran dengan menawarkan tugas dan fariasi antar tugas.” Pengajaran akan berhasil mencapai tujuannya kalau anak aktif melaksanakan tugas ajar. Untuk itu tugas gerak disesuaikan dengan kemampuan siswa dan kriteria berhasil juga disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa.

Memotivasi siswa dalam mengikuti belajar pendidikan jasmani adalah menumbuhkan dorongan dari dalam diri anak untuk mencintai pendidikan jasmani. Lutan (1998:33) menjelaskan: “Dorongan untuk mencintai pendidikan jasmani berkaitan dengan rasa puas, senang dan berhasil. Namun sesekali dikombnasikan dengan memotifasi dari luar diri anak yaitu berupa pujian, pemberian hadiah, atau nilai yang bagus.”

Variasi belajar adalah sumber dari motifasi karena itu sebaiknya seorang guru merencanakan variasi tugas dalam pembelajaran dan hendaknya memahami bagaimana intensitas motivasi yang dimiliki oleh siswanya. Jika terdapat siswa yang rendah motivasinya, maka perlu diselidiki penyebabnya dan mendorong siswa untuk melakukan apa yang seharussnya dilakukan. Kemudian Abin Syamsudin (2000:40) menyatakan ada beberapa hal yang dapat dijadikan indikator untuk mengetahui seberapa besar kekuatan motifasi belajar, yaitu:

1. Durasi kegiatan (berapalama kemampuan penggunaan waktunya untuk melakukan kegiatan).

2. Frekuensi kegiatan (berapa sering kegiatan dilakukan dalam periode waktu tertentu)

3. Persistensinya (ketetapan dan kelekatannya pada tujuan kegiatan belajar)

4. Ketabahan, keuletan, dan kemampuannya dalam menghadapi kesulitan untuk mencapai tujuan

5. Devosi (pengabdian) dan pengorbanan(uang, tenaga, pikiran bahkan jiwanya untuk mencapai tujuan)

6. Tingkat aspirasinya (maksud, rencana, cita-cita, sasaran atau target dan idolanya) yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan

7. Tingkatan kualifikasi prestasi atau produk yang dicapai dari kegiatannya

8. Arah sikapnya terhadap sasaran kegiatan.

3 comments:

  1. Mau Bonus Angpao di hari Imlek 2020???
    Yuk bergabung dengan kami di Winning303
    dapatkan Bonus Angpao Langgsung buat anda

    Untuk Info
    Hubungi Kami di :
    WA: +6287785425244

    ReplyDelete
  2. BONUS SETIAP HARI DARI DONACO POKER 2021

    Donacopoker adalah agen poker online Indonesia resmi yang melayani para pemain dari seluruh Indonesia untuk mendaftarkan diri dan bermain game kartu online yang unik. Untuk memberikan kenyamanan bagi pemain setia, Donacopoker hadir dan berikan bonus-bonus terbaik setiap harinya untuk semua game yang tersedia di Poker Online.

    Keuntungan Jika bermain di website
    - Proses Deposit dan withdraw maksimal 3 menit
    - 100% No admin dan No robot
    - Player vs Player
    - Fair Play

    Jalur Cepat:
    WHATSAPP : +6281333555662
    LINE : Donaco.poker
    CHAT SEKARANG

    Salam Kemenangan Untuk Anda.
    Terima Kasih.

    #DONACOPOKER #POKERIDN #POKERONLINE #BANDARCEME #CEME #DOMINO #SUPERTEN #CAPSA #OMAHA #BONUSPOKER #POKERTERPECAYA #DEPOSITPULSA

    ReplyDelete
  3. Developer kok aku biung ya

    ReplyDelete

Permainan Bola Basket

Kata dasar dari permainan adalah main. Kata main menurut Poerwadarminta (1984:620) berarti, “Perbuatan untuk menyenangkan hati (yang dilak...